Thursday, March 25

From Me to My K

Buatmu,
Akan kuceritakan dari titik paling awal, kau ingat? Ketika kita memutuskan untuk menjadi Ratu dan Pangeran di negeri mimpi kita. Kau menghampiri dengan kuda putih paling cantik di seluruh jagat. Oh tunggu, aku juga ingin kau mendengarkan. Mendengarkan dengan telinga-telinga hatimu.
Baiklah, dan ketika itu aku rasa kaulah yang benar-benar buat aku hidup. Karena beratus tahun aku tinggal, tiada satu pun yang mengakuiku. Aku merasa inilah awalku. Denganmu.

Walau aku tak pernah bertanya dari mana kamu datang, walau aku tak pernah bertanya bagaimana awal mula perjalananmu hingga tiba di tempatku ini. Itu tidak masalah bagiku. Saat itu. Karena aku pikir inilah waktuku untuk bahagia. Tuhan pasti mentakdirkan kali ini untuk aku dan kau.

Inilah kisah kita berlangsung. Berhari-hari hingga berganti bulan. Karena aku yakin ini akan indah dan akan menjadi cerita terindah. Setiap malam kau selalu datang dengan setangkai bunga yang kau sembunyikan di punggungmu. Entah itu pink, putih, merah, ungu. Apa pun kau pernah berikan untukku. Dan bagiku yang putih itu paling cantik. Aku selalu menerima kedatanganmu dengan tangan terbuka dan hati seluas semesta. Kadang kala kita memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman utara. Juga tidak kau biarkan kudamu mengikuti kita. Yang ada hanyalah kau dan aku. Berjalan bersama.

Waktu demi waktu bergulir dan aku termakan banyak kisah. Dan kurasa aku mulai merenungkan diri di balik sudut kamarku. Kurasa selama ini aku tidak pernah mendapat sesuatu yang adil darimu. Pernah ketika aku bercerita dan kau malah asyik dengan pedang barumu. Atau kau terus asyik dengan cerutu tuamu. Walau aku tak pernah ingin tahu awal mula kau menjadi pecandu taar dan nikotin. Bagiku kau telah cukup mengerti aku. Bahkan ketika aku memutuskan untuk berdiam, kau malah mengeluhkan itu semua. Kau bilang aku tidak mendengarkanmu. Lihat? Betapa aku ingin engkau mengerti. Setidaknya mengetahui.

Lantas hal-hal apa yang kau tahu dariku? Sudah cukup banyak-kah? Bahkan kau sepertinya tidak tahu bahwa aku benci dengan sekumpulan asap yang buatku sulit bernafas. Apa mungkin kau lupa aku ini tidak begitu bersahabat dengan itu semua?
Lalu tentang tidurmu, tidurmu bukan untuk aku. Seringkali aku mendengar kau mengigau. Dan bukan namaku yang kau ucap tapi nama lain. Hey, dan nama itu milik sahabatku!

Bahkan ketika kau terbangun ,kau melupakan semuanya. Karena sebelumnya kita larut dengan mulut yang mengamuk. Pun itu pertama kalinya kau memanggilku dengan kata yang lebih pantas ditujukan pada binatang jalang. Wahai kekasih, apa kau mulai buta? Siapa di hadapanmu kau sungguh tidak menyadari, aku ini wanita yang masih erat dengan harga diri dan tidak pernah aku biarkan siapa pun membuatku terasa rendah hanya karena ulahku. Pernahkah berfikir? Ulahku yang mana yang hampir membunuh hatimu? Aku yakin itu tidak pernah kulakukan.

Hal-hal kecil yang kukira terlalu mikro ukurannya bisa sampai membuatmu membabi buta terhadapku. Lantas hatimu itu seperti apa? Aku lelah denganmu yang sungguh temperamental ternyata. Padahal aku kira kau tidak seburuk ini. Kau selalu aku agung-agungkan pada siapa pun. Tapi kali ini aku terlanjur kecewa. Berkali-kali pedangmu ditebaskan ke arahku dan tidak sedikit darahku keluar karenamu. Dan kini ratusan pilku pun tak cukup melawan rasa sakitku.

---

Tepat ketika matahari menguncup aku selalu mengunci diri dan mencoba merelaksasi seluruh jiwaku. Seluruh amarah ,kecewa dan benci yang membatin. Lalu diperangi dengan segenap hati yang tulus menyayangi. Aku tak tahu yang mana akan menang karena mereka sama-sama kuat pada posisinya. Aku selalu minta pada Tuhan agar ia matikan aku saja ,agar ia hentikan kisah ini. Aku sudah cukup lelah.
Hanya tidak lama kau datang kembali. Dengan mawar putihmu dan secarik kertas bertuliskan kata maaf. Aku abaikan itu. Namun kau masih memaksa dengan menggenggam kedua tanganku. Cukup. Kukira ini tidak akan berarti lagi. Maafmu semakin meruncingkan pisau-pisau yang tertancap jauh di hati kecilku. Dan itu terlalu perih untuk aku rasakan. Kau bahkan masih berdiri tegak walau sejuta kesalahan ada di pundakmu. Perlukah aku ingatkan kembali beberapa dosamu padaku?
Belum cukupkah kau hidup dengan hati yang terbelah dua, untukku dan untuknya. Aku tegaskan aku hanya perlu hati yang utuh yang dengan sederhana mencintaiku. Bukan gaya hidup yang terlalu sederhana sehingga kau bisa terus jadikan aku seperti seekor sapi perahmu.

Aku mohon,
mulailah mendengarkan..
Aku mohon,
mulailah merasakan..
Aku mohon,
mulailah memikirkan..
Aku mohon,
mulailah menyaksikan..
Aku mohon,
mulailah menyadari..
Sadari aku yang sudah terlalu menderita. Sadari aku yang tak sempat kau hargai.

Beberapa kesempatan yang aku taburkan tak pernah kau tuai dengan baik. Kau tidak pernah benar-benar menjaganya. Dan Tuhan pun menggerakan hatiku ,perlahan-lahan ia hilangkan seluruh kasih yang terpatri. Ia buat kau seburuk mungkin di mata hatiku. Bukan untuk selamanya. Hanya untuk aku kali ini. Karena Tuhan benci jika aku memusuhi. Biarkan Tuhan mengumpulkan segala tentangmu di otak hatiku yang sesekali aku tengok karena rindu. Tapi bukan untuk diambil kembali. Bukan untuk diulangi.

Maka dari itu, pergilah. Melangkahlah semakin jauh. Rangkaikan kembali sayap-sayap kita yang belum selesai. Ingat aku hanya sebagai salah satu bab di pelajaran hidupmu. Aku harap suatu hari kau benar-benar menjadi seorang Pangeran yang hidup dengan kemuliaan hatinya. Bukan sebatas berkuda lalu membawa jutaan pedang.

--

Terakhir kali kita melangkah bersama, dan itu pula saatnya kita berpisah. Kita berpisah selamat tinggal. Kita berpisah selamat jalan.
Read more...

Teruntuk Raja Semesta

Tepat di bawah titik langit aku bersemedi
Temanku angin
Temanku gesekan-gesekan dedaunan yang menari-nari
Di sinilah muncul satu larik puisiku
Dariku untukMu

Ada ilham yang merasuk
inilah yang Tuhan titipkan untukku
Mereka berkata tenang
Coba katakan bahwa aku terlalu berlebihan
Mereka yakinkan hati siapa pun tidak akan pergi

Aku tidak terlalu percaya dengan hati yang telah dikontrak mati
Karena tak pernah aku temukan
Bahwa setiap insan akan mati berdua
Tapi sendiri
Sendiri

Lalu masihkah kita ingat janji mutlak Tuhan?
Yang bahkan kita tidak pernah sekali pun mengkajinya
Tapi aku percaya untaian ayat-ayatnya
Itu menuntunku hingga nanti aku menuju jembatanku
Dan sudahkah kita memanggil Tuhan ketika kita rapuh?
Belum
Tuhan bilang suaraku pun jarang ditujukan padanya

Karena itu, Tuhan.. inilah aku hambaMu
Karena itu, Tuhan.. inilah aku abdiMu
Karena itu, Tuhan.. inilah aku serta pengakuanku
Karena itu, Tuhan.. inilah aku dengan sejilid doaku
Karena itu, Tuhan.. inilah aku bersama sujudku
Karena itu, Tuhan.. inilah aku dengan segenap jiwaku


Antarkan aku dengan roda-roda-Mu, Tuhan..
Read more...

Monday, March 22

Fragile of My





"Dengan tidak langsung Tuhan menjodohkan kalian bertiga buat saya. Hingga nanti waktu keriput menjadi bagian daripada diri dan menegaskan siapa kita. Ah, kalian ini memang potongan-potongan hati saya. Inget foto di lahan calon perpus?"






funniest stuff ;D
Read more...

Sunday, March 21

Her

I remember what you wore on the first day
You came into my life
And I thought hey
You know this could be something
Cause everything you do
And words you say
You know that it all takes my breath away
And I am left with nothing...


Bukan tidak mungkin pabila suatu hari, ada seseorang yang begitu miris ketakutan dengan terus memegang erat kepalanya yang sesak akan beban, atau sesekali memeluk kedua kakinya dengan bersandar pada kedua lutut yang menonjol. Lalu bersimpuh. Berbisik lirih. Dengan doa-doa pada sela-sela tangisnya. Ayat yang diucapkan memang terpatah-patah, bagaimana pun ia yakin bahwa Tuhan tidak memperdulikan itu semua, karena Dia tahu yang sebenarnya terucap di hati kecil para insannya.
Berlanjut hingga pukul 2 ,walau ia sebenarnya terus bertaruh dengan dingin yang setia mendekapnya. Kubah langit di malam hari yang baru disadari bahwa warnanya tidak segelap yang ia pikirkan. Langit malam akan terlihat terang pabila kita mencoba untuk benar-benar menelanjangi mata kita. Begitu angin bicara.

Tak ada satu pun yang mematahkan keheningan malam saat itu. Hanyalah isakan tangis yang frekuensinya terlalu kecil untuk mereka dengar. Mungkin saja sampai pada semut-semut yang sedang asyik memanggul makanannya, atau cicak-cicak yang terlalu nyaman dengan dinding coklatnya.

Dan akhirnya ritual malam terhentikan saat terdengar suara suci memanggil dari arah barat yang berseru pada setiap umat bahwa inilah saatnya bagi mereka bertemu dengan Sang Tuhan. Ia bersemangat dengan tampilan yang cermin bilang itu rapi.

--

Ia tersadar bahwa pagi buta seperti inilah yang selalu ia takutkan. Pagi yang memulai segala hari hingga sampai pada ujung malam. Pagi yang akan menjawab semua takdirnya pada hari yang menjalar cepat seperti rerumputan nakal di halaman rumahnya. Ia tidak perduli apakah itu terik atau kabut. Yang terbesit hanyalah ,bahwa ia tidak ingin berlari terlalu jauh. Saat ini.

Walau ia tahu bahwa ia akan perangi segala hari. Menapakkan seluruh kakinya pada tempat-tempat yang tanpa sadar tidak semestinya untuk ia datangi.

Bila aku tahu,
kau berada pada ujung harapmu
Akan aku buatkan sesuatu yang jauh lebih besar daripada itu
Bila engkau tahu,
Aku kini dihantui esok hari
dan akan kuminta kau tetap di sini tanpa sedikit pun hendak pergi


Dituliskan sebagai catatan pagi. Kemudian ia buka lagi pada lembar kedua setelah itu. Kosong. Belum ada tinta apa pun yang menodai. Saat itu pula ia meneruskan,

Kau tahu, bagaimana rasanya ketika kita jauh dari yang kita harapkan?
Akankah kau merasa hilang?
Apakah kau akan sepenuh hati yakin bahwa kau ini sebenarnya sedang dekat?
Cinta yang kau sematkan, apakah itu cukup?
Fondasi hati yang kau bangun, akankah terkikiskan angin?
Air mata yang kau jatuhkan, apakah masih itu akan berarti?
Tuhan, aku mau semua ini bukan hanya sekejap mataku. Aku hanya butuh ketetapan. Tetapkan lukisan hidup-Mu hanya untukku.
Mereka tidak sadar bahwa aku sebenarnya ada pada kegilaan yang akut.
Mungkin perkataanku ini tidak wajar, Tuhan.
Dan, berkatilah aku dengan cara-Mu.
Dewasakan aku dengan jalan-Mu.
Langkahkan aku dengan kaki-Mu.
Tabahkan aku dengan hati-Mu.
Itu saja.


Setelah dirasa cukup ,ia berhenti. Lalu semua hening kembali. Sejuta sel otaknya kembali bekerja dan membawanya rekreasi. Ia ingat kali pertama berjumpa dengan sosok pria yang kelewat diam. Ia ingat satu hal yang pertama kali pria itu tanyakan kepadanya, dan bukan tentangnya, tapi seseorang yang lain. Datar dan singkat. Alasan dari mengapa yang tepat adalah karena ia bukan siapa-siapa saat itu. Bukan siapa-siapa.
Pertemuan kedua, pria itu berbalut kaus hijau. Hijau seperti saat kali pertama bertemu. Tanpa sahut dan pertanyaan. Mereka seakan berada di tempat berbeda walau sebenarnya sama. Karena pada saat itu, ia masih bukan siapa-siapa.
Pertemuan ketiga, ia ingat pria itu dibalut oleh sweater abu. Tipis. Tidak begitu tebal kelihatannya. Berjam-jam mereka berjalan bersama hingga malam larut dan berubah menjadi pagi awal. Dan tetap, tanpa sahut juga pertanyaan. Karena ia masih bukan siapa-siapa. Untuknya.

Lalu memori berputar dan membawa ia ke dua tahun berikutnya. Setelah pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Mereka dipertemukan kembali. Dan ia berjalan menghampiri pria itu. Masih tanpa sahut dan tanya. Pria itu berlaku dingin. Ia kira setelah dua tahun lamanya langit akan membawa perubahan. Dan ,tidaklah itu benar,karena semua masih terasa sama. Bahkan kali ini terlihat seperti mereka belum pernah bertemu sama sekali. Ia sangat menyayangkan bila ingat bahwa pria itu pernah bertanya sesuatu padanya. Dan setelah dua tahun ini, ia sama sekali kecewa, karena tak pernah ia dengar kembali serangkaian suara yang pria itu tujukan untuknya. Yang ia pikirkan, bahwa pertanyaan pria itu kini seperti pertanyaan pertama dan terakhir untuknya. Ironis.

--

Terhenti. Pikirnya membawa ia kembali pada kehidupan yang nyata saat ini. Yang nyata adalah bahwa semua keadaan lalu kini sudah begitu terbalik. Semua indah pada saatnya dan jauh dari yang ia pernah pikirkan. Warna langit kini biru terang dibuatnya dan mentari semakin bersahabat di pagi harinya. Semua hanya karena ia kini telah memiliki. Berawal dari pertemuan yang tak diprediksi adanya. Pria itu kembali dengan sendirinya, dengan cara yang sungguh jauh dari bayangan. Cendera mata ringan nan mungil yang selintas tidak banyak arti. Namun dari situ lah semuanya berawal.

--

Pada bagian akhir, inti dari segala kisahnya adalah bahwa ia tengah hidup dalam makna bersama yang berharga. Dan tak ada satu pun boleh merenggut. Karena ia kini memiliki. Apalah arti kehadiran bila tak ada kepergian. Dan apalah arti mendapatkan bila tak ada melepaskan. Itu saja sebagian hal mutlak yang selalu ia takutkan. Berharap Tuhan berikan cara yang indah pada akhirnya.
Read more...

Saturday, March 6

Out of Mind

Tidak, ini bukan aku. Bukan aku.

Bisakah mendengar?
Pecahnya kaca-kaca pada dinding sebelah hatiku yang mungkin tak pernah kau pun tahu. Lalu gemuruh ombak tepat pada lautan hati yang mungkin tak pernah kau kunjungi. Dan segala yang bersuara, berpadu di sini. Bisakah?

Ah, demi apa pun ini bukan tentang kekeliruan. Hanya keadaan. Dan sangat disayangkan, setitik perubahan itu tak tersentuh. Lagi, jasadku sendiri hanya meratapi. Jiwaku masih bertepi di sisi langit. Karena dalam 30 menit aku bermimpi. Aku melihat kita. Bersama para bintang yang se per sepuluh detiknya berjatuhan. Ekornya memanjang bercahaya dan kita hanya tinggal duduk diam menyaksikan. Tanpa kelelahan. Aku berani bertaruh, mimpiku ini benar adanya. Tuhan masih saja berikan aku kecupan manis di malam-malamku. Dan segala puji aku sangat mensyukuri ,aku suka dengan bunga yang diselipkan-Nya ketika mataku menepi.

Sebetulnya aku hanya ingin berbagi ini. Tidak lebih. Tapi sama sekali tidak ada yang menggetarkanmu. Dan kutegaskan sekali lagi, ini bukan tentang kekeliruan. Hanya keadaan. You never did give a damn thing honey but I cried, cried for you.

Anggaplah ini seperti aku sedang meraih tuts-tuts piano yang kemudian kumainkan. Andai bunyinya sampai kau dengar, tentu senyumku sedia buatmu. Senyum atas semua kepekaan rasamu.

Biarkan malam ini melebur dengan segala asa dan rasaku. Diiringi isakan yang menyesakkan. Dan tanpa ragu mendalam aku tekadkan malam ini dapat terlelap dengan tenang. Agar aku dapatkan kecupan Tuhan kembali. Agar aku diselipkan setangkai bunga yang sama.



Ps : I wrote this with your ' find a way '
Read more...

Friday, March 5

UN-lucky Me

Hollyshit!

Eh asli ya hari ini saya bener-bener lagi nggak hoki, gak beruntung, pokoknya Jum'at ini lagi gak bersahabat banget. Gak tau lah kenapa sampe sebegininya.

Hem, Unlucky pertama :

Tadi pagi itu mata pelajaran pertama Geografi, dan ulangan. Saya ngafalin semalem, tapi yang nyangkut gak banyak, karena emang materinya ampun lah rese banyaknya. Ditambah lagi, karena emang guru saya itu kalo ulangan soal-soalnya suka susah-susah, di buku pun gak akan keluar gitu aja, kalo pun ada itu pasti jawabannya nyempil, udah kayak soal-soal buat pelatihan olimpiade aja lah gitu. Tapi guru itu emang baik, cuma pas kalo lagi ulangan aja rada-radaaaaa ;o
Nah , sial lagi tuh pas beliau bilang kalo di kertas jawaban gak boleh ada coret-coret apa pun. Jawaban harus konsisten, gak boleh keliatan dibenerin pake ditebelin apalagi pake correction pen. Hadeh*...

Waktu saya liat kertas jawaban saya, ada mah 5 nomor yang abis dibenerin gitu. Lah sumpah bingung, panik segala macem campur aduk. Mana waktunya cuma 20 menit. Gak abis akal, saya langsung minta kertas kosong lain ke temen saya, langsung saya salin gitu. Nah begonya lagi, pas nyalin gitu karena terlalu buru-buru, saya sampe salah gitu lah nempatin jawabannya .Ah pokoknya fatal, nomor 2 di nomor 3, nomor 3 di nomor 4, terus aja gitu sampe akhir. Ah sumpah makin panik ! Tangan udah gemeteran, keringetan gak tahan, udah gitu saya sobek lagi kertas satunya, jadi bener-bener satu lembar, saya salin. Dan pas nyalin sampe nomor 20, waktu udah 5 menit lagi, pokoknya pas detik-detik akhir itu saya telat gitu ngumpulinnya. Dan sumpah itu tulisan ancur gitu acak-acakan gak jelas, THE WORST pokoknya selama saya ulangan -,-
Apalagi itu teh geura masih ada dikit-dikit yang salah nulisin jawaban. Ah tapi saya terusin aja yang benernya gimana. Paling ada lah beberapa nomor yang jawabannya kebalik. Ah rese asli lah pokoknya , dan pasti saya bagian jadi herawati lagi entar .Hahaha. Menyedihkan sekali ,pemirsa !

Unlucky kedua :

Jadi, yang kedua ini tuh karena... karena tadi pagi saya sengaja ngeluarin buku gambar saya di rumah. Males saya bawa. Ribet. Pikir saya. Lagian tugas gambarnya belom diselesein, dari minggu kemaren belom disentuh sama sekali. Dan kalo saya kasih tau, itu gambar isinya cuma ada gambar ayam gede. Belom diapa-apain, dan saya juga gak tau kenapa tiba-tiba gambar ayam. Jelek iya sih. Ya ah pokoknya emang gak ada bakat gambar mungkin -,-

Nah ,pas guru seni rupa saya masuk. Ternyata dia nanyain tugas gambaran itu. Eh gak disangka-sangka ternyata si gurunya itu keliling-keliling ke tiap bangku dong! Katanya, "Mana buku gambarnya?" Temen saya yang pertama ditanya, dia gak bawa. Dia langsung geleng-geleng dan bilang, "Belum ,Pak. Jadi gak dibawa."
Eh si gurunya tiba-tiba jengkel gitu kan, "Nomor absen berapa?"
Ah sue amet sumpah ini hari. Ternyata dicatet gitu kan yang yang nggak bawa. Si gurunya ngomel-ngomel akhirnya, "Aneh, kan arapal aya pelajaran Seni Rupa. Tapi teu marawa buku gambarna. Ek naon atuh? Ah ieu X-9 mah rekor da. Bawa heula padahal mah sok engke nu teu bisa ku bapa dikoreksi, dibantuan malah."
Semua pada diem aja gitu serasa di pause. Saya sih sebenernya gak terlalu nanggepin , pas saya ditanya juga saya langsung bilang berapa nomor absen saya. Gak kayak temen-temen saya yang lain, mereka pake ngeles-ngeles dulu. Padahal akhirnya mah dicatetin juga. Hahaha. Ah yaudahlah hampir 70% ini kok tadi ;)
Yaaa walaupun unlucky yang sebenernya tuh, kenapa tadi pagi saya maksain ngeluarin itu buku, padahal ada feeling banget ini buku itu pasti penting entar. Ah emang saya ini paling gak bisa bedain mana kata hati. Dan pada ujungnya kadang saya ngerasa bego sendiri. Maafin yaaa mulut-mulut di dalem sanaaa...

Unlucky ketiga :

SAYA KURANG DUIT JAJAN .Sounds fool yaaaa. Tapi emang iya gak tau kenapa 10.000 aja itu buat sekolah gak cukup banget. Mana saya gak suka sarapan di rumah, belum lagi bayar kencleng, kas, ongkos, dll. Terus duit jajan sisa kemaren saya udah pada ditabungin. Ya nasib kalo tiap weekend sekarang pasti kere -,- Kalo maen pun mesti minta lagi. Ah maafkan anakmu ini papa ;|

Unlucky keempat :

Errh.. perlu gak yah? Haaaaa ini yang paling ngagetin saya. Sebetulnya saya ini lagi kangen kangen kangeeen sekali ;o IM3 tuh rese lah dari kemaren pending aja terus sinyal butut ah mahal ah pokoknya buruk. Dan gak tau kenapa malem kemaren juga saya gak dapet balesan satu pun. Tidurkah? Mungkin iya. Dan saya kira besoknya (hari ini) mau nongol, tapi setelah saya tunggu-tunggu.. oh ternyata meleset ,pemirsa. Tadinya mau saya hubungin lagi cuma karena tadi kan saya panik waktu abis ulangan Geografi itu yang bikin mood saya hilang secepat kilat. Jadi gak pegang-pegang handphone lagi kecuali sempet masang dua update-an di twitter saya dan muterin lagu-lagu favorit saya. Saat itu juga saya pikir mungkin lagi ada urusan. Belum sempet. Atau, yaaa emang lagi mengurangi intensitas kali ya apa gimana saya gak tau orang gak dikasih tau -,- Jadi saya gak mau ngeganggu ceritanya. Karena saya pikir pun, mungkin nanti? Sore?

Lalu, yaaa sampe sore pun ternyata masih gak ada .Ya udah deh pas saya baru pulang banget abis les saya nge-text. Status : Pending. Ah dari sana saya udah males banget lah capek ngeliat pesan gak nyampe-nyampe. Diantepin we .Terus pas maghribnya baru deh ada ngebales. Keterimanya kebukti lama banget lah emang dasar lelet. Huuuu ..

Lalu, lalu lalu lalu lalu lalu saya hilang mood lagi seketika. Saya serius-serius bilang kayak gitu masa atuh jawabannya yang cuma malah balik nanya lagi. Ampun atulah temanya jadi tanya keyakinan kalo gitu mah. Hfft.. Entah lagi gak interest sama saya atau sibuk atau uji coba lagi ,apa gitu lah atau emang gak ngerasain kayak saya -,- Duka atuh ah udah ah yaa ngepostnya ,lama-lama jadi makin *metal* .Ya ah udah ah segini aja. Tuh kan ini kepalang basah. Dah ah .Goodnight. All.

Nb : *MEllow toTAL"
Read more...

Wednesday, March 3

No More Secret

Di hening lain, kadang egoku sendiri yang mengambil alih. Dan ini yang selalu ingin aku teriakkan lantang,

"addhi-nya akuuuuuuuuuuu ,gak boleh ada yang ngambil !" Read more...

Such a Treasure

Dari kemaren sebenernya udah mau saya abadikan ini pertumbuhannya. Cuma take fotonya itu yang males. Harus nyari angle yang bagus dan pas. Dan barusan kebetulan lagi ada mood, eh yaaa jadinya kayak gitu. Ngetakenya juga maghrib-maghrib makanya cahaya langitnya lagi bagus. Jingga ;) Ya gini deh hasilnya. Hahaha. Not bad kok ;D Tapi jadi kayak boongan gitu yah kalo diliat sepintas. Kayak kartun. Hoho



Ajang pamer juga nih ini hahaha sebenernya ini masih kuncup loh belom tumbuh-tumbuh banget. Belom mateng gitulah istilahnya. Ah, ngomong mawar jadi inget warna-warninya. Saya pengen punya bibit mawar tapi warna-warni cuma dapetnya susah apalagi yang jarang banget kayak ungu gitu. Kadang iseng pengen belajar nyilangin tapi belom berani nyoba dan tekniknya juga belom megang. Hahaha .Daripada gagal mending diem dulu aja deh ya. Ck.



Still bud, not bloom yet. But I love above the most ♥
Read more...

Reflection

Biarkan nafas merajaiku saat ini. Biarkan miliaran oksigennya melintas pada kerongkonganku hingga mereka temukan sebuah katup serambi yang menanti. Lalu bekerjalah mereka seperti sedia kala. Hingga sisa-sisa tak berarti mereka naikkan kembali seperti dipantulkan. Dan untuk aku hembuskan, ketika aku ada dalam ketiadaanmu, dan ketika kau ada dalam ketiadaanku. Kali ini damai. Atmosfirnya telah bersedia menghamba padaku. Aku berdiri dengan berdegup dada, dengan sedikit tertatih. Dan bila kukatakan bahwa di sini, kaulah yang akan selalu bertahta. Mungkinkah akan percaya? Read more...