Tuesday, February 1

Abstrak

Merasa terketuk, merasa tersadar, merasa teringatkan. Ketika setiap inchi jarum jam di arlojimu berotasi ke kanan. Waktu orang-orang pada riuh sedangkan kau merasa diceramahi sendirian. Pernah-kah?

Hatimu berdetak. Berdegup. Keringatmu dingin dan telapak tanganmu mulai membasah. Dan saat itu juga kau memvonis dirimu sendiri. Kau. Telah. Keliru.

Seluruh bagian mukamu pucat. Setiap lekuk mata, bibir dan hidungmu menegang. Kepalamu terus menggemakan tangis. Tangis seseorang yang dulu pernah kau patahkan sayap-sayap semangatnya. Dan, kau.. merasa dibuntuti. Hingga saat ini!

Aku menyebutnya feelin' guilty.
Perasaan berdosa yang akut. Jauh. Jauh di dasar hati yang kau tutupi atasnya. Dan kau selalu mencoba melarikan diri dalam gelap dan terangmu. Matahari yang berani menjadikan siang, matahari yang ketakutan menjadikan malam. Semua yang bernyawa tetap pada siklus dan daurnya. Sementara elektron-elektron masih tetap berputar-putar terhadap nukleon, hidupmu tetap tidak mengalami perubahan. Kali ini kau cukup. Statis.


*Hei.. Bisakah kau berhenti mencaci aku yang hanya sekepal tanganmu ini? HAH?! - Hati
Read more...