Kau ,dan aku .Kita ini satu tumpuan.
Dengan rinduku yang berlumuran, dapatkah kau merasakan?
Ketika maaf sukar terucap, apakah kau tahu?
Kini aku kembali menjadi perempuan biasa yang hidup dengan peluk dekap sang duka,
yang di setiap kedipnya terdapat butiran air mata.
Aku tak pernah benar peduli waktu senjata mulai diarahkan.
Aku tak pernah benar peduli waktu umpanmu sebenarnya berhasil menjeratku.
Kita bicara dalam suara yang berbeda.
Di mana yang sejalan?
Aku bahkan tak pernah benar tahu apakah itu mulut ataukah hatimu yang sedang berucap.
"Hey, ini dingin sekali, bukan?"
Bahkan kau terlihat seperti tak peduli,
seperti tak mencoba memeriksa kemari.
Kau malah asyik dengan sekotak kesal, sebatang ragu dan seutas tali jeratmu.
Tidakkah kau bersedia menatapku di sini?
Tidakkah kau lihat, ada aku yang terduduk meronta menanti,
di sisi-sisi hatimu ..
Wednesday, February 24
Inspirasi Lain
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment