Monday, November 23

Hujan Lagi

Terkadang ,ada beberapa hal dalam keseharianku yang sungguh aku tidak ingin membaginya dengan siapa pun. Bukankah setiap orang memiliki ruang pribadinya masing-masing? Kalau mungkin untuk dibagi, itu pun hanya beberapa pantulan cahaya dari jendelanya saja. Tidak akan sampai pada apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana.
Ketika tirai-tirainya ada untuk membuka dan menutup, selama itulah bagianku.
Namun memang ada kenyataan-kenyataan yang seharusnya terucap, dan beberapa yang belum tersampaikan bukanlah hasrat untuk mendustakan, hanya berlindung untuk menutupi segala yang kiranya akan memperkeruh suasana.

Waktu hujan, terkadang aku termenung sendiri. Menatap titik demi titik yang terjatuh kian cepatnya. Deras. Hingga seluruh akal sehatku pun ikut terbawa olehnya. Dan kini aku berada pada celah-celah tetesan air tersebut. Seperti sedang terombang-ambing di atas lautan, kemana pun ia membawa, di situlah aku saat itu.
Aku berpikir, akan segala dalam hidup.

Mengapa ada cerita di masa lalu?

Cintaku. Dan semua kisahku. Juga sosok-sosok yang datang dan pergi. Untuk apa?

Karena saat ini aku telah ada pada kebahagiaan lain.

Namun terkadang hujan turun sambil menghapus segala sedih. Dingin ketika aku menghempaskannya. Akan tetapi, itulah sebuah kedamaian kecilku.

Hujan pun terkadang membawa sebagian air mataku mengalir. Kala aku terlalu lemah untuk menahan, saat itu titik-titik air menetes lega dengan sedikit umbaran tawa kecil ,karena ketika itulah aku berpikir, "Betapa bodoh dan lemahnya.."

Dan tak sekali dua kali hujan menjadi temanku,
aku bercerita apa yang sedang aku rasakan, di jantung yang tersembunyi inilah sebenarnya aku simpan tinta merah membentuk nama ,dan sesosok jiwa.
Mengingat-ngingat alasan-alasan mengapa hidupku kini kian berubah. Layaknya bangun dari mati suri.

Ada ketakutan-ketakutan yang sebenarnya tak beralasan kuat,
namun terus dan terus terpikir dalam otakku.
Entahlah semuanya berkecamuk. Seperti kertas-kertas lotre yang beterbangan.
Di sini, aku tidak bermaksud mengadu.

Karna aku,
Aku tidak sedang menulis tentang alasan air-air bening yang menetes di pipi.
Aku tidak sedang menulis tentang takutnya hati akan kepingan-kepingannya yang terlepas.
Aku tidak sedang menulis tentang sesuatu-sesuatu yang berujung sesal.
Aku tidak sedang menulis tentang mudahnya hati ini merendah dan meninggi.
Aku tidak sedang menulis tentang betapa sungguh hati ini takut untuk kehilangan.
Takut untuk menyadari bahwa yang indah tadi adalah lalu dan hanya tinggal kisah-kisah.
Dan aku tidak sedang menulis tentang mauku untuk bertahan sekuat-kuatnya. Apapun.

Aku tidak memaksa kalian, pembaca, untuk mengerti apa maksud yang tersurat. Hanya ketahuilah bahwa ini gambaran abstrak tentang segala yang ada di balik hati. Ku rasa hujan pun mengerti.

No comments: