Thursday, October 29

TERGANGGU

Sudah aku katakan , "Jangan lagi kau tapakkan kedua kakimu di atas batu karang itu!"
Seandainya terjatuh. Aku akan berdiam. Aku akan tetap di sini melihatmu meringis sakit. Bersuara sendiri. Menatap harap. Meskipun suaramu telah menggema ke ujung lautan. Tak akan sekali pun aku mendengarkan. Tak akan sekali pun aku membalikkan ragaku untuk menoreh kembali.

Karena suaramu sama. Karena perkataanmu sama. Karena desahanmu sama. Karena rayumu sama. Karena tangismu sama. Karena janjimu sama. Karena salahmu sama . Dan karena,
AKU MENGINGINKAN SEMUA ITU TETAP SEPERTI DEBU-DEBU YANG TAK PERNAH ADA ARTINYA.

Setan itu merasuk ketika aku lemah untuk melawan. Sekarang, pergilah.
Bawalah semua, BAWA!
Jangan sampai aku melihat sisa-sisamu di tempatku ini.

Hidupku. Itu AKU.
Dan mengapa masih selalu kau pertanyakan?
Perlukah aku membawamu ke tempat di mana terdapat CERMIN BESAR di dalamnya?

Dan apa yang kau lihat itu adalah kenyataan yang nyata adanya. Ini sudah bukan daerahmu. Bukan hak mu.

Biarkan aku berlari ,biarkan aku berlari.
Tak perlu kau tebarkan kerikil-kerikil hitam pada lintasanku. Untuk apa?

Aku berjalan menuju kebahagiaanku sendiri. Dan bukan berbelok dengan tujuanmu.
Karena arahmu itu gelap cahayanya. Aku tidak ingin tersesat lagi.

CUKUPKAH INI?

No comments: