Thursday, September 17

02.30 a.m

Benar. Bahwa serpihan-serpihan luka itu masih belum tersapu bersih

Bahkan ketika raganya kembali

Ataupun ketika hatinya mencoba berputar ke belakang

Dan aku menolak

Benar. Bahwa aku harus melangkah

Bahkan ketika dunia tidak mau mendorongku

Ataupun ketika rayuan palsu itu memaksaku dari belakang sana

Dan aku tetap akan menolak

“Sudah saja, kau lupakan salahku yang lalu.”

Demi Tuhan ini semua tidak seperti apa yang lidahmu ucapkan

Apakah kau tahu bahwa di setiap detik cacat-cacat ini semakin membuatku lumpuh ketika ingatan-ingatan laluku mulai berkecambuk satu

Betapa tololnya ketika aku mengumbar tawa, atau ketika aku tebarkan senyum pada mereka

Adakah yang menyadari bahwa tujuh puluh limanya dari itu adalah PALSU

dan mengapa hingga saat ini kau buat semua cerita menjadi terasa begitu sedih?

Sementara di kediaman engkau hanya asyik duduk

Lalu kau biarkan tanganmu yang berusaha merangkai berbagai alasan yang kian hari kian melemah

Untuk kali ini air mata adalah teman

Dan jika boleh aku mengakui, sejujurnya aku lelah untuk hari-hari serupa ini

No comments: